Selasa, 05 Oktober 2010

Menyingkap Kebatilan Argumen Penentang Tauhid (Ancaman Kufur)

 Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab

Oleh karenanya renungkan syubhat berikut ini, ‎yaitu ucapan mereka: “Mengapa kalian mengkafirkan ‎orang-orang Islam yang mereka bersaksi, bahwa tidak ‎ada Tuhan selain Allah, mereka mengerjakan shalat ‎dan puasa?"

Kemudian renungkan jawaban syubhat ‎itu, karena jawaban ini adalah termasuk paling ‎bermanfaat di antara isi lebar-lembaran ini.‎


Dan termasuk dalil atas hal itu juga adalah apa ‎yang sudah Allah ceritakan tentang Bani Israil dengan ‎keislaman, keilmuan, dan keshalihan mereka, masih ‎saja mereka mengatakan kepada nabi musa ‘alaihi sallam:‎

اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ

“Buatlah untuk kami suatu tuhan (berhala) ‎sebagaimana mereka mempunyai tuhan- tuhan ‎‎(berhala).” (QS.Al A’raaf:138).‎

Dan ucapan beberapa sahabat:‎

اجْعَلْ لَنَا ذَاتَ أَنْوَاطٍ

“Buatlah untuk kami dzaatu anwaath (nama sebuah ‎Pohon).”‎

Mendengar ucapan itu Rasulullah Shalallahu‘alaihi wasallam lalu ‎bersumpah, bahwasanya ucapan itu serupa dengan ‎ucapan Bani Israil “buatlah untuk kami sebuah tuhan ‎‎(berhala).”‎

Tetapi, orang-orang musyrik mempunyai syubhat, ‎yang mereka pakai sebagai hujjah dalam kisah Bani ‎Israil itu. Syubhat itu adalah mereka mengatakan, ‎bahwa Bani Israil itu tidak kafir, begitu pula beberapa ‎sahabat yang telah mengatakan:

اجْعَلْ لَنَا ذَاتَ أَنْوَاطٍ

“Buatlah untuk kami ‎pohon Dzaatu Anwaath,” mereka pun tidak kafir.‎
Sebagai jawabannya, hendaklah anda katakan:
‎‎“Sesungguhnya Bani Israil tidak melakukan itu, ‎demikian pula orang-orang yang telah memohon ‎kepada Nabi Shalallahu‘alaihi wasallam tidak juga melakukan itu. Tetapi jika ‎melakukan itu yakni membuat tuhan berhala, jelas ‎mereka akan kafir. Seperti juga tidak ada perbedaan ‎pendapat antara ulama’ bahwa orang-orang yang ‎dilarang Rasulullah Shalallahu‘alaihi wasallam itu andaikan tidak mentaati ‎beliau Shalallahu‘alaihi wasallam dan mengambil Dzaatu Anwaath itu sesudah ‎mereka dilarang, niscaya mereka pun menjadi kafir." ‎Dengan demikian terjawablah. ‎

Akan tetapi kisah ini memberi pelajaran:
(a) ‎Bahwasanya seorang muslim, bahkan seorang ‘alim, ‎terkadang dapat terperosok ke dalam macam syirik ‎tanpa sepengetahuannya. Dengan demikian kisah ini ‎pun memberi pelajaran kepada kita agar belajar dan ‎berhati-hati serta mengerti bahwa ucapan seorang ‎bodoh, “kami sudah faham tauhid itu“, adalah ‎kebodohan yang terbesar dan termasuk makar (tipu ‎daya) syaithan yang terbesar,

(b) Kisah ini juga memberi ‎pelajaran, bahwa seorang muslim jika mengucapkan ‎perkataan kufur dan dia tidak tahu, lalu diingatkan ‎atas perbuatannya itu, kemudian seketika itu juga ‎bertaubat dari ucapan itu, maka ia tidak kafir, ‎sebagaimana yang sudah dilakukan kaum Bani Israil ‎dan sahabat yang meminta kepada nabi Shalallahu‘alaihi wasallam dalam kisah ‎di atas,

(c) Dan kisah itu juga memberi pelajaran, ‎bahwasanya jika dia tidak kafir maka dia harus ditegur ‎dengan perkataan yang keras kepadanya, seperti yang ‎dilakukan oleh Rasulullah Shalallahu‘alaihim wasallam, kepada orang-orang lain ‎dari sahabat itu.‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar