Selasa, 05 Oktober 2010

Menyingkap Kebatilan Argumen Penentang Tauhid (Orang Musyrik yang Mengucapkan Laa Ilaha Illallah)

Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
 
Orang-orang musyrik mempunyai syubhat lain, ‎mereka mengatakan bahwa nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam telah menyalahkan ‎pembunuhan Usamah Radhiallahu‘anhuma terhadap ‎orang yang sudah mengatakan:


‎لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله‎ ‎

dan beliau bersabda kepadanya:‎

أَقَتَلْتَهُ بَعْدَ مَا قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله

"Mengapa engkau bunuh setelah ia mengucapkan: ‎Laa Ilaaha illallah (tiada Tuhan selain Allah)?"‎

Begitu juga sabda beliau Shallallahu‘alaihi wasallam:‎

أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَقُوْلُوْا لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله

"Aku diperintahkan untuk memerangi manusia ‎sehingga mereka mengucapkan Laa Ilaha Illallah (tiada Tuhan selain Allah)"

Dan hadits-hadits lain tentang menahan diri dari ‎orang yang telah mengucapkan kalimat tauhid.‎ Yang diinginkan orang-orang bodoh itu adalah, ‎bahwasanya barang siapa yang sudah mengucapkan ‎kalimat itu, maka tidak dikafirkan dan tidak dibunuh, ‎meski ia telah berbuat apa saja, maka, harus ‎dikatakan kepada orang- orang bodoh itu:

Sudah ‎maklum, bahwasanya Rasulullah Shallallahu‘alaihi wasallam telah memerangi ‎orang-orang Yahudi dan menawan mereka padahal ‎mereka mengatakan Laa Ilaha Illallah (Tiada Tuhan selain Allah). Seperti juga sudah maklum, bahwa sahabat- ‎sahabat Rasulullah Shallallahu‘alaihi wasallam telah memerangi Bani Hanifah, ‎padahal mereka bersaksi, bahwasanya tidak ada Ilah ‎‎(sesembahan) selain Allah dan sesungguhnya Nabi ‎Muhammad itu adalah utusan Allah, mereka juga ‎mengerjakan shalat dan mengaku dirinya Islam. ‎Demikian pula halnya orang-orang yang dibakar oleh ‎‎‘Ali bin Abi Thalib dengan api, dan orang-orang bodoh ‎itu mengakui, bahwa barang siapa yang mengingkari ‎hari pembalasan, maka ia dihukum kafir dan boleh ‎dibunuh, meskipun telah mengucapkan Laa Ilaha Illallah (Tiada Tuhan selain Allah). dan ‎barang siapa mengingkari sesuatu dari rukun-rukun ‎Islam, ia juga kafir dan boleh dibunuh meskipun telah ‎mengucapkan kalimat tauhid itu. Lalu, kalau orang ‎yang mengingkari satu cabang agama, pengakuan ‎Islamnya batal dan tak berguna, adakah berguna ‎pengakuan keislaman orang yang mengingkari tauhid ‎yang merupakan asas dan dasar agama para Rasul?

‎Namun, memang musuh-musuh Allah tidak faham ‎makna hadits-hadits itu.‎ Adapun hadits Usamah adalah bahwasanya ia telah ‎membunuh seorang lelaki yang sudah mengaku ‎dirinya Islam disebabkan karena Usamah menyangka, ‎bahwa lelaki itu tidak mengaku Islam kecuali karena ‎rasa takut atas darah dan hartanya. Jadi, jika seorang ‎telah memperlihatkan keislamannya, maka wajib bagi ‎muslim menahan diri, dan tidak tergesa-gesa ‎membunuhnya sehingga diketahui dengan teliti pada ‎dirinya apa-apa yang bertentangan dengan ‎keislamannya itu. Tentang hal itu, Allah subhanahu wata’ala telah ‎menurunkan firman-Nya:‎

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا ضَرَبْتُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَتَبَيَّنُوا

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi ‎‎(berperang) di jalan Allah, maka betabayunlah ‎‎(telitilah).” (An Nisaa’: 94).‎

Tabayyun yakni tatsabbut, berhati-hati dalam ‎bertindak, tidak ceroboh, ayat tersebut menunjukkan ‎kewajiban menahan diri dan bertasabbut. Lantas, jika ‎sudah terang (setelah diteliti) ada sesuatu yang ‎berlawanan dengan Islam, maka boleh dibunuh, ‎berdasarkan firman Allah ‎‏ ‏ ‎-maka telitilah- kalau ‎seandainya tidak boleh dibunuh jika ia mengucapkan ‎kalimat tauhid, padahal telah terbukti, setelah diteliti ‎bahwa ia menentang Islam, maka perintah “tatsabbut” ‎tidak akan mempunyai arti.

Demikian pula hadits lain ‎yang sejenisnya, maknanya adalah seperti yang sudah ‎kami sebutkan, dan bahwasanya barang siapa yang ‎telah menampakkan ketauhidan dan keislaman, maka ‎wajib orang muslim menahan diri darinya, kecuali jika ‎sudah terang darinya sesudah diteliti, hal-hal yang ‎membatalkan ketauhidan dan keislamannya itu. ‎Sebagai dalil atas hal itu adalah bahwasanya ‎Rasulullah Shallallahu‘alaihi wasallam bersabda:‎

أَقَتَلْتَهُ بَعْدَ مَا قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله

“Mengapa kamu bunuh dia sesudah mengatakan Laa ‎Ilaaha illallah (tiada Tuhan selain Allah)?”. ‎

Dan beliau shallallahu‘alaihi wasallam juga yang bersabda: ‎

أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَقُوْلُوْا لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله

"Aku diperintahkan untuk memerangi manusia ‎sehingga mereka mengucapkan Laa Ilaha Illallah (tiada Tuhan selain Allah)"

Beliau Shallallahu‘alaihi wasallam pula yang bersabda tentang kaum ‎khawarij:‎

أَيْنَمَا لَقِيْتُمُوْهُمْ فَاقْتُلُوْهُمْ لَئِنْ أَدْرَكْتُهُمْ لَأَقْتُلَنَّهُمْ قَتْلَ عَادٍ

“Dimana saja kamu sekalian bertemu mereka, maka ‎bunuhlah. Sungguh, jika aku mendapatkan mereka ‎‎(khawarij) niscaya pasti akan aku bunuh mereka ‎‎(seperti) terbunuhnya kaum ‘Aad.”‎

Padahal orang-orang khawarij itu termasuk orang-‎orang yang banyak beribadah, bertahlil dan bertasbih. ‎Sampai-sampai para sahabat merasa rendah diri di ‎hadapan orang-orang khawarij itu. Mereka telah ‎belajar ilmu dari para sahabat, akan tetapi meski ‎begitu, ucapan mereka Laa Ilaha Illallah (tiada Tuhan selain Allah) sama sekali tidak ‎berguna bagi mereka.‎

Begitu juga ibadah mereka yang banyak dan ‎pengakuan Islam mereka juga tidak berguna tatkala ‎telah tampak dari mereka perlawanan terhadap ‎syari’ah.‎

Demikian halnya apa yang sudah kami sebutkan ‎tentang peperangan terhadap orang-orang Yahudi dan ‎peperangan para sahabat terhadap bani Hanifah. ‎

Begitu juga Rasulullah Shallallahu‘alaihi wasallam ingin memerangi Bani ‎Mushthaliq tatkala seorang lelaki dari mereka ‎memberitahu beliau Shallallahu‘alaihi wasallam bahwasanya Bani Mushthaliq ‎enggan membayar zakat, sehingga Allah Subhanahu wata’ala ‎menurunkan ayat:‎

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang ‎kepadamu orang fasik membawa suatu berita maka ‎periksalah dengan teliti.” (Al Hujuraat: 6).‎

Dan benar, bahwa lelaki itu telah berbohong dalam ‎memberitakan tentang mereka.
Semua ini ‎menunjukkan bahwa maksud Nabi Shallallahu‘alaihi wasallam dalam hadits-‎hadits yang mereka pakai sebagai hujjah itu adalah ‎seperti apa yang kami sudah sebutkan di atas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar