Rabu, 06 Oktober 2010

Bagaimana Aku Mencapai Jalan Tauhid (Pelajaran Aneh Dari Seorang Syaikh Shufi)

Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu

Suatu ketika, saya pergi bersama salah seorang Syaikh untuk mengikuti pelajaran di salah satu masjid. Di sana, orang-orang sudah berkumpul, baik guru-guru maupun para syaikh.

Mereka membaca sebuah buku berjudul Al-Hikam karangan Ibn ‘Ajibah. Pelajaran mereka tentang “Mendidik jiwa menurut orang-orang Shufi”.

Salah seorang diantara mereka membaca kisah aneh dari buku tersebut yang isinya:
Salah seorang dari golongan shufi masuk kamar mandi untuk mandi. Ketika orang shufi ini keluar dari kamar mandi tersebut, ia mencuri handuk yang khusus dipinjamkan oleh pemilik kamar mandi untuk orang yang mandi di tempat itu. Ujung handuk dibiarkan kelihatan, agar orang-orang memergokinya mencuri, kemudian mereka mengejek dan menghardiknya. Dengan tujuan menghinakan dan mendidik dirinya dengan cara-cara shufi. Dan ternyata, setelah ia keluar dari kamar mandi, pemilik kamar mandi tersebut mengejarnya dan melihat ujung handuk menyembul keluar dari balik pakaiannya, lalu iapun menghardik dan memukulnya. Orang-orang yang mendengarnya, melihat syaikh shufi yang mencuri handuk dari kamar mandi ini, lalu merekapun ikut menghardik, mengejek dan berbagai hal yang dilakukan orang-orang ketika memergoki seorang pencuri. Mereka mendapatkan gambaran yang jelek dari orang shufi ini.

Seorang laki-laki dari kalangan shufi ingin mendidik dan menghinakan dirinya. Lalu ia memikul sekarang buah-buahan yang disukai anak-anak. Lalu iapun pergi ke pasar dan berkata kepada setiap anak kecil yang lewat:”Ludahi wajahku, saya akan beri buah yang kamu sukai”. Lalu anak kecil itu meludahi wajah syaikh itu dan memberinya buah. Demikianlah ludah anak-anak kecil di jalan mampir ke wajah syaikh shufi ini, karena mereka menginginkan buah tersebut. Dan syaikh inipun semakin senang.

Ketika saya mendengar kedua kisah ini, aku hampir saja marah. Dadaku terasa sempit mendengarkan pendidikan salah yang tidak diajarkan agama Islam yang memuliakan manusia.

Allah Ta’ala berfirman:

{وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُم مِّنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلاً} (70) سورة الإسراء

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al-Isro: 70).

Saya berkata kepada syaikh yang bersamaku setelah keluar dari masjid itu:”Inikah cara orang-orang shufi mendidik diri mereka? Apakah pendidikan itu dengan cara mencuri, yang dalam hukum Islam dikenakan hukum potong tangan? Apakah pendidikan itu dengan melakukan perbuatan hina dan mencela atau melakukan hal-hal yang seharusnya ditinggalkan? Sesungguhnya agama Islam dan akal sehat yang memuliakan manusia melarang perbuatan semacam ini. Inikah hikmah-hikmah yang mereka pelajari dari buku yang mereka namakan dengan Al-Hikam karangan ibn ‘Ajibah itu?”.

Dan salah satu hal yang perlu diingat adalah syaikh yang memimpin pelajaran ini memiliki banyak pengikut dan murid.

Suatu ketika syaikh ini mengumumkan bahwa ia akan melaksanakan haji. Kemudian murid-muridnya datang untuk mencatat dan mendaftarkan nama-nama mereka untuk menemaninya melaksanakan haji. Bahkan kaum wanitapun banyak yang mendaftarkan diri dan mungkin diantara mereka yang terpaksa menjual perhiasannya untuk itu. Sehingga orang-orang yang berkeinginan melaksanakan haji semakin bertambah. Uang yang ia kumpulkan juga semakin banyak. Kemudian pada akhirnya ia mengumumkan bahwa ia urung melaksanakan haji, tetapi syaikh itu tidak mengembalikan uang yang terkumpul itu kepada pemiliknya, tetapi justru ia makan sendiri dengan cara yang haram.

Sungguh benar firman Allah Azza wa Jalla:

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِنَّ كَثِيرًا مِّنَ الأَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ اللّهِ} (34) سورة التوبة

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah…” (QS. At-Tubah: 34).

Saya mendengar dari salah seorang pengikutnya yang tergolong kaya dan banyak bergaul dengan syaikh itu, mengatakan bahwa syaikh itu adalah seorang dajjal dan penipu besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar