Senin, 11 Juni 2018

Kisah Pembenci syeikh Muhammad bin Abdul Wahab.



Syaikh Muhammad bin Ibrahim mengatakan, “Sekarang saya akan bercerita tentang Abdurrahman al Bakri. 
Beliau itu orang Najd dan penuntut ilmu yang belajar kepada pamanku, Syaikh Abdullah bin Abdullathif alu Syaikh dan ulama selainnya. Kemudia beliau membuka pesantren sendiri di Oman. Di sana beliau mengajarkan tauhid dengan pembiayaan yang beliau tanggung dari usaha beliau sendiri. Jika harta beliau habis maka beliau ngambil barang dagangan dari seseorang lantas pergi ke India untuk menjualnya. Terkadang beliau di India sampai setengah tahun lamanya.

Syaikh al Bakri menuturkan, ‘Di India aku tinggal di samping sebuah masjid. Di masjid tersebut terdapat seorang dai yang setiap kali selesai pengajian melaknat Muhammad bin Abdul Wahab. Jika dia keluar dari masjid dan melewatiku, dia mengatakan kepadaku, “Sebenarnya aku sudah pandai berbahasa Arab namun ingin langsung mendengarkannya dari orang Arab asli sehingga orang orang yang belajar kepadaku menjumpai ilmu yang kumiliki bagaikan air yang dingin”. Aku kepikiran dengan apa yang dia lakukan di setiap akhir pengajiannya.

Aku lantas membuat siasat. Kuundang dia ke rumahku. Kuambil Kitab Tauhid karya Muhammad bin Abdul Wahab lantas sampulnya kubuang. Setelah itu buku tersebut kuletakkan di rak yang ada di rumahku sebelum kedatangannya. Setelah dia masuk ke dalam rumah, kukatakan kepadanya, “Izinkan aku untuk keluar rumah sebentar mencari semangka”. Setelah meminta izin aku baru pergi mencari buah semangka untuk suguhan tamu. Setelah aku kembali ke rumah kujumpai dia membaca buku Kitab Tauhid sambil menggeleng gelengkan kepalanya. Setelah aku masuk rumah dia bertanya, “Buku karya siapa ini? Judul judul bab di buku ini serupa dengan judul bab yang ada di Shahih Bukhari. Buku ini demi Allah sama persis dengan Shahih Bukhari”.

ikhwan_bumiayuJawabanku, “Aku tidak tahu. Bagaimana kalau kita pergi menemui Syaikh al Ghazawi untuk bertanya kepadanya-karena beliau adalah seorang pemilik toko buku-“. Setelah kami bertemu dengan Syaikh al Ghazawi aku berkata kepadanya, “Aku punya beberapa lembaran kertas. Syaikh ini bertanya kepadaku siapakah penulis buku tersebut. Aku tidak mengetahuinya”. Al Ghazawi faham apa yang kumaksudkan. Dia lantas memanggil pelayan toko buku untuk membawakan kitab Majmuatut Tauhid. Setelah buku yang dimaksudkan sudah dibawakan beliau membandingkan diantara keduanya. Lantas al Ghazawi mengatakan, “Buku ini karya Muhammad bin Abdul Wahab”.
.
.
Sang ulama India tadi dengan marah dan bersuara keras berkomentar, “Yang kafir itu?”. Kami hanya diam dan dia pun dian sesaat. Setelah amarahnya mereda dia mengucapkan innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Kemudian beliau mengatakan, “Jika buku ini adalah karyanya maka sungguh kami telah menzaliminya”. Setelah itu setiap hari beliau mendoakan kebaikan untuk Muhammad bin Abdul Wahab bersama murid muridnya. Murid muridnya pun tersebar ke seluruh India. Mereka semua setiap kali selesai memberi pengajian juga selalu mendoakan kebaikan untuk Muhammad bin Abdul Wahab” [Majmu Fatawa wa Rasail Syaikh Muhammad bin Ibrahim 1/61, Syamilah].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar