Jumat, 01 Oktober 2010

Hakikat Sufi dan Sikap Kaum Sufi Terhadap Prinsip Ibadah dan Agama (Mukaddimah)

حقيقة الصوفية وموقف الصوفية من أصول العبادة والدين
Fadhilatusy Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah al Fauzan 

Mukaddimah
Segala puji hanya bagi Allah semata Rabb seluruh alam, Yang telah menyempurnakan agama ini dan nikmat-Nya untuk kita, Yang telah meridhai Islam sebagai agama kita dan Yang memerintahkan kita untuk berpegang teguh kepadanya hingga kematian :


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam” . (Ali-Imran: 102)

Dan itulah wasiat Nabi Ibrahim dan Nabi Ya’kub-alaihimassalam- kepada anak-anaknya:
وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”. (Al-Baqarah: 132)

Semoga shalawat dan salam terlimpahkan kepada hamba-Mu dan rasul-Mu, Nabi kita Muhammad, keluarganya dan shahabat-shahabatnya semua.
Sesungguhnya Allah menciptakan jin dan manusia untuk beribadah kepada-Nya, sebagaimana firmannya:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku” (Adz-Dzariat: 56)

Dengan ibadah, manusia akan meraih kemuliaan, kebesaran dan kebahagiaan dunia dan akhirat, karena mereka membutuhkan Tuhannya. Manusia tidak da-pat melepaskan kebutuhannya terhadap Tuhannya walaupun sesaat, sedangkan Dia sama sekali tidak butuh kepada mereka (manusia) dan ibadahnya. Allah Ta’ala berfirman:
إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ
“Jika kalian kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)-kalian” (Az-Zumar: 7)
وَقَالَ مُوسَى إِنْ تَكْفُرُوا أَنْتُمْ وَمَنْ فِي الأرْضِ جَمِيعًا فَإِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ حَمِيدٌ
“Dan Musa berkata: “Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (ni’mat Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (Ibrahim: 8)

Ibadah merupakan hak Allah atas hamba-Nya dan manfaatnya akan kembali kepada mereka. Siapa yang menolak beribadah kepada Allah, dia adalah orang yang takabbur (sombong). Siapa yang beribadah kepada Allah dan (juga) beribadah kepada yang selain-Nya, dia adalah orang musyrik. Siapa yang beribadah kepada Allah semata tidak dengan apa yang Allah syariatkan, maka dia adalah pelaku bid’ah. Siapa yang beribadah kepada Allah semata dengan apa yang Allah syari’atkan, dia adalah mu’min sejati.

Ketika seorang hamba sangat membutuhkan ibadah dan tidak mungkin bagi mereka untuk mengetahui sendiri hakekatnya yang diridhoi Allah Ta’ala dan yang sesuai dengan agama ini, maka masalah ini tidak diserahkan begitu saja kepada mereka, karena itu Allah mengutus para rasul kepada hamba-hamba-Nya dan menurunkan kitab-kitab-Nya untuk menjelaskan hakikat ibadah, sebagaimana firman-Nya :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) : “ Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah Thagut [1] itu“. (An-Nahl: 36)
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا أَنَا فَاعْبُدُونِ
“Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”. (Al-Anbiya: 25)

Siapa yang menentang apa yang disampaikan para Rasul dan apa yang diturunkan dalam Kitab-Kitab-Nya tentang ibadah kepada Allah, kemudian dia beribadah kepada Allah semata-mata berlandaskan seleranya atau apa yang diingini hawa nafsunya atau apa yang dihias setan-setan manusia dan jin, maka dia telah sesat dari jalan Allah. Ibadah seperti itu pada hakekatnya bukan beribadah kepada Allah, akan tetapi beribadah kepada hawa nafsunya:
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنَ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ
“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun”. (Al-Qhashash: 50)

Manusia jenis ini tergolong banyak, pelopornya adalah orang-orang Nashrani (Kristen) dan mereka yang sesat dari golongan umat ini seperti orang-orang tasawuf. Karena mereka telah menetapkan untuk mereka sendiri batasan ibadah yang bertentangan dengan apa yang Allah syari’atkan. Hal tersebut banyak mereka lakukan dalam penampilan-penam-pilan mereka. Kesesatan mereka akan semakin tampak manakala dijelaskan hakikat ibadah yang Allah syari’atkan melalui lisan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam serta penyimpangan dari hakikat ibadah yang dilakukan kalangan tasawuf saat ini.
__________
Footnote:
[1] Thagut adalah setan dan apa saja yang disembah selain Allah Ta’ala

Tidak ada komentar:

Posting Komentar