Sabtu, 18 September 2010

Sucikan Aqidah dari Noda-Noda Syirik (Pasal 2)

Pasal 2
Apabila telah jelas bagimu bahwa orang-orang musyirik tidak bermanfaat bagi mereka penetapan mereka akan adanya Allah bersamaan denagn eksyirikan mereka dalam ibadah dan tidak sesuatu apapun yang mencukupi mereka dari Allah, dan bahwa ibadah mereka adalah keyakinan mereka bahwa berhala tersebut bisa memberikan mudharat dan mafaat, bisa mendekatkan diri mereka kepada Allah dengan sedekat-dekatnya, dan bisa memberikan syafaat bagi mereka di sisi Allah, sehingga mereka menyembelih berbagai penyembelihan untuk berhala-berhala tersebut, thawaf terhadap mereka, bernadzar dengan berbagai macam nadzar untuk mereka, memberikan pelayanan untuk berhala-berhala tersebut dengan penuh kerendahan diri dan sikap tawadhu’, dan sujud terhadap mereka.

Bersamaan dengan perbuatan mereka ini, mereka menetapkan rububbiyyah untuk Allah, dan menetapkan bahwa Allah semata yang Maha Mencipta. Akan tetapi tatkala mereka mempersekutukan Allah dalam ibada, Allah menjadikan mereka sebagi orang musyirik dan tidak menganggap sedikitpun penetapan mereka terhadap Rububbiyyah Allah تعالى, dia harus menunggalkan Allah dalam Tauhid Ibadah. Barangsiapa yang tidak melakukan ini, maka penetapannya terhadap yang pertama (tauhid rububbiyyah) adalah bathil. Dan sungguh orang-orang musyrik mengetahui hal tersebut ketika mereka berada dalam neraka, mereka berkata :

تَاللَّهِ إِنْ كُنَّا لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ، إِذْ نُسَوِّيكُمْ بِرَبِّ الْعَالَمِينَ

“Demi Allah! Kami (dahulu) betul-betul dalam kesesatan yang nyata ketika kami menyamakan kalian (berhala-berhala) dengan Rabb alam semesta”.Qs Asy Syu’ara:97-98

Padahal orang-orang musyrik tersebut tidak menyamakan Allah dengan berhala-berhala tersebut dari sisi, dan tidak menjadikan berhala-berhala tersebut sebagai pencipta dan pemberi rezki. Akan tetapi –saat mereka berada didasar jahannam- mereka mengetahui bahwa mereka mencampuradukkan penetapan tauhid Rububbiyyah Allah dengan Noda-Noda kesyirikan yang menjadikan mereka seperti orang-orang yang menyamakan antara berhala dengan Rabbnya Manusia. Allah تعالى berfirman:

وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلا وَهُمْ مُشْرِكُونَ

“Dan kebanyakan mereka tidaklah beriman kepada Allah kecuali mereka melakukan kesyirikan”.Qs. Yusuf : 106

Yaitu : tidaklah kebanyakan mereka menetapkan adanya Allah dan bahwasanya hanyalah Allah yang menciptakan langit-langit dan bumi, melainkan mereka juga melakukan kesyirikan dengan menyembah berhala.

[Bahkan Riya termasuk Syirik]
Bahkan Allah menamakan riya’ dalam ketaatan sebagai kesyirikan, padahal pelaku ketaatan tersebut tidaklah memaksudkan ibadahnya kecuali untuk Allah تعالى, dia hanya menginginkan dengan ketaatan tersebut untuk mencari kedudukan dalam hati manusia.

Maka orang yang riya’ tersebut adalah orang yang beribadah kepada Allah, bukan kepada yang lain, akan tetapi dia mencampuradukkan amalannya dengan mencari kedudukan dalam hati manusia, maka Allah tidak menerima ibadahnya dan menamakannya sebagai kesyirikan sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah رضي الله عنه, bahwa Rasulullah bersabda : Allah تعالى berfirman :

أنا أعنى الشركاء عن الشرك، من عمل عملا أشرك فيه معي غيري تركته وشركه

“Aku adalah Dzat yang paling tidak membutuhkan sekutu! Maka barangsiapa melakukan suatu amalan yang dia persekutukan Aku dengan selain-Ku pada amalan tersebut, maka Aku tinggalkan dia dan kesyirikannya.”

[Memberi Nama dengan Abdul Harits juga Kesyirikan] (1)
_____________________
Catatan kaki :
(1) Pada bab ini senagja kami tidak meneruskan dikarenakan bab ini adalah suatu kesalahan dari Imam Ash Shan’ani dikarenakan beliau mengambil dalil tafsir surat Al A’raf :170 yang mana beliau menafsirkan ayat ini dengan Hadits dari Samurah رضي الله عنه. Hadits tersebut diriwayatkan Imam Ahmad (5/11), Tirmidzi (3077), Al Hakim (2/545). Dan hadits ini ternyata dhaif. Tidak bisa dijadikan hujjah dikarenakan juga berbeda dengan apa yang ditafsirkan oleh Al Hasan Al Bashri sesuai apa yang Al Imam Ibnu Katsir Rahimahullah terangkan dalam tafsirnya (2/274).
Turut mendhaifkan Imam Ibnu hazm sebagaimana dinukil didalam kitab Fathul Majid (513) cet darul Fikr. Syaikh Albani juga mendhaifkan di dalam Adh Dhaifah (342) begitu juga Syaikh Ahmad Syakir terhadap tafsir Ath Thabari (13/309)

Ditulis dari Kitab Tathirul I'tiqad Min Adranilhad Imam Ash Shan'ani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar