Sabtu, 25 September 2010

Kenapa Takut Bid'ah?

Kenapa harus takut bid'ah? Bukankah dulu Sayyidina Umar pernah berkata tentang sholat tarawih berjama'ah yaitu inilah sebaik-baik bid'ah. Kalau sedikit-sedikit bid'ah, kapan kita beribadahnya?. Tidak boleh sembarangan membid'ahkan orang, itu haknya Allah. Bukankah bid'ah itu ada wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram?. Imam Syafi'I saja membagi bid'ah menjadi 2, terpuji dan tercela, kenapa mereka mengharamkan semua bid'ah?. Jika semua bid'ah adalah haram, kenapa mereka pergi ke mesjid naik sepeda motor? Padahal Rasulullah tidak pernah ke mesjid naik sepeda motor.

Demikianlah beberapa perkataan yang sering terdengar dari kalangan kaum muslimin yang tidak paham tentang bid'ah. Seperti apakah bid'ah itu sebenarnya?

Definisi Bid'ah :
Imam Ath Thurthusyi dalam Al Hawadist wal bida' berkata : "Kata bid'ah berasal dari kata al ikhtira', yaitu sesuatu yang diciptakan tanpa ada contoh sebelumnya". (Siyar alam nurbala, XVIII/509)

Bid'ah secara lughoh (bahasa) artinya sesuatu yang baru
Secara syar'i artinya "cara baru dalam agama yang dibuat untuk menyerupai syariat dengan maksud untuk melebihkan dalam beribadah kepada Allah (lihat Al I'tishom:I/37 oleh Imam Syathibi). Dan beliau membaginya menjadi dua bagian:

Pertama: Bid’ah haqiqiyyah, yaitu bid’ah yang sama sekali tidak didasari dengan dalil yang syar’i, tidak terdapat dalam Al Qur'an, tidak pula dalam As Sunnah. Dan tidak pula dalam ijma’ maupun qiyas, serta tidak berdasarkan pendalilan yang benar menurut ahli ilmu baik secara global maupun terperinci.
 
Kedua: Bid’ah idhafiyyah, yaitu bid’ah yang memiliki dua unsur. Unsur pertama berhubungan dengan dalil. Dari sisi ini, belum merupakan bid’ah. Namun dari unsur yang lain, tidak ada hubungan dengan dalil dan persis seperti bid’ah haqiqiyyah. Dan hal ini terkadang disebabkan karena adanya tambahan dalam cara mengerjakannya, waktu dan tempat yang tidak sesuai, dan sebagainya. (Al-I’tishom)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata : "Bid'ah ada 2 macam, adakalanya bid'ah itu secara syar'i sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam "….kullu bid'atun dholalah…..", adakalanya bid'ah itu secara lughoh sebagaimana perkataan Umar bin Khattob radhiyallahu 'anhu tentang pengumpulan sholat tarawih berjamah "nikmatnya bid'ah adalah ini:. (Tafsir Ibnu Katsir Surat Al Baqarah:117)

Ibnu Rojab Hanbali rahimahullah berkata : "Adapun sesuatu yang terjadi dari perkataan salaf tentang adanya sebagian bid'ah hasanah, yang dimaksud adalah bid'ah secara bahasa bukan menurut syar'i. seperti perkataan Umar radhiyallahu 'anhu, "nikmatnya bid'ah adalah ini". Maksudnya perbuatan ini (sholat tarawih berjama'ah berkesinambungan. Pen) tidak dilakukan sebelumnya, akan tetapi ada asal atau sumbernya dari syar'I yang perbuatan itu kembali kepadanya". (Jami'ul Ulum wal Al Hikam no.28)

Jadi, jika ditinjau dari bahasa maka semua yang baru baik dalam hal mu'amalah maupun ibadah adalah termasuk dalam bid'ah. (komputer, pesawat terbang dll dalam hal ini termasuk dalam bid'ah). Sehingga dalam hal ini dimungkinkan adanya istilah bid'ah yang terpuji dan tercela.

Jika ditinjau secara syar'i maka yang dikategorikan bid'ah hanya perkara baru dalam hal I'tiqod (keyakinan) dan tata cara ibadah. Seperti tarawih di siang hari, membatasi bilangan dzikir dalam jumlah tertentu tanpa ada dalil, membaca Al Qur'an saat sujud dalam shalat, sholawat2 bid'ah, dll. Dalam hal ini semuanya adalah tercela. tentang bid'ah)

Karena itulah termasuk kaidah yang dipegangi oleh para imam termasuk Imam Ahmad rahimahullah : "Ibadah itu pada asalnya terlarang (tidak boleh dikerjakan)" yakni tidak boleh menetapkan/mensyariatkan satu ibadah kecuali apa yang disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Dan mereka menyatakan pula : "Muamalah dan adat (kebiasaan) itu pada asalnya dibolehkan (tidak dilarang)" yakni dibolehkan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.

Dalil-dalil tentang kesempurnaan Islam, dan Kejelekan Bid'ah

"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridhoi Islam itu menjadi agama bagimu" (QS. Al Maidah:3)

Imam Malik bin Anas berkata : "Barangsiapa mengadakan-adakan didalam Islam suatu kebid'ahan yang dia melihatnya suatu kebaikan, ia telah menuduh bahwa Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam mengkhianati risalah, karena Allah Ta'ala telah berfirman (QS. Al Maidah:3). Maka sesungguhnya yang tidak menjadi agama pada hari itu, tidak menjadi agama pula pada hari ini (Al I'thisom 1/64, Imam Asy Syatibi)

"Maka apakah orang yang menganggap baik pekerjaannya yang buruk, lalu dia meyakini pekerjaan itu baik (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh setan)?" (QS. Fathir: 8)

Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda dalam suatu khutbahnya : "Amma ba'du, sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, dan sejelek-jelek perkara adalah perkara yang diada-adakan dan setiap bid'ah adalah sesat. (HR. Muslim no.867)

…. Oleh karena itu wajib bagi kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah khulafaur rasyidin yang diberi petunjuk sesudahku, gigitlah sunnah itu dengan geraham kalian. Dan jauhilah perkaran-perkara baru yang diada-adakan. Karena sesungguhnya setiap perkara yang baru itu bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat. (HR. Ahmad 4/126, Abu Dawud n0.4607, Tirmidzi n0.2767, Ibnu Majah no.44, Ad Darimi I/44-45)

Imam Syatibhi dalam Fatawanya 180-181 menjelaskan hadist ini (setiap bid'ah adalah sesat) sebagai berikut : "Menurut Ulama, hadist ini diterapkan pada keumumannya tanpa ada pengecualian dan apapun darinya, dan bahwa diantara bid'ah tidak ada yang disebut bid'ah hasanah".

Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam : "Barangsiapa yang mengada-adakan dalam urusan (agama) kami ini, apa-apa yang tidak ada darinya maka ia tertolak" (HR.Bukhari no.2697, Muslim 1718).

Asy-Syaukani rahimahullah berkata : "Hadist ini termasuk qoidah-qoidah agama karena termuat didalamnya banyak hukum yang tidak bisa dibatasi. Betapa jelas sumber dalil untuk membatalkan ahli fiqih yang berpendapat bahwa bid'ah itu terbagi menjadi beberapa bagian, dan penolakan mereka secara khusus tentang sebagian didalamnya, sementara tidak ada pengkhususan baik dari dalil aqli dan naqli (Nailul Author: 2/69)

Akan muncul pada akhir umatku manusia yang memberitakan kepada kalian hadist yang kalian tidak pernah mendengarnya, tidak pula ayah-ayah kalian, maka berhati-hatilah kalian terhadap mereka. (HR. Muslim I/78 dari Abu Hurairah)

Baraa' bin 'Azib berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah berkata kepadaku: "Apabila engkau mendatangi tempat tidurmu, maka berwudhulah seperti wudhumu untuk sholat, kemudian berbaringlah ke sisi kanan serta bacalah do'a : "Ya Allah, aku berserah diri kepadaMu, aku serahkan segala urusanku kepadaMu, aku sandarkan punggungku kepadaMu, karena mengharap dan takut kepadaMu. Tidak ada tempat bersandar dan tempat menyelamatkan diri kecuali kepadaMu. Ya Allah aku beriman kepada kitabMu uang telah Engkau turunkan, dan aku beriman kepada NabiMu yang telah Engkau utus". Maka jika engkau meninggal pada malam harinya sungguh engkau meninggal dalam keadaan fitrah dan jadikanlah do'a tersebut akhir yang engkau ucapkan". Aku mencoba untuk mengingat-ingatnya kembali dan aku katakan "RasulMu yang telah Engkau utus". Nabi berkata: "salah, tapi katakanlah dan NabiMu yang telah Engkau utus". (HR. Bukhari no.247, Muslim no.2710).

"Al Hafidz Ibnu Hajar berkata : "Hikmah yang paling tepat mengapa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyalahkan ucapan Rasul sebagai ganti dari lafazh Nabi adalah bahwa lafazh-lafazh dzikir itu tauqifiyyah, ada kekhususan yang tidak boleh dengan kias, wajib untuk menjaga lafazh yang syar'I (Fathul Bari XI/114)

Atsar dan Perkataan Ulama tentang Bid'ah

Berkata Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu : "ittiba'lah, dan janganlah kalian berbuat bid'ah, sungguh telah cukup bagi kalian, dan semua bid'ah adalah sesat" (Ibnu Baththoh dalam Al Ibanah hadist no.175 I/327-328 dan Al Lallika'I hadist no. 104 I/86)

Berkata Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma : "semua bid'ah adalah sesat, walaupun manusia melihatnya baik" (Ibnu Baththoh dalam Al Ibanah hadist no.205 I/339 dan Al Lallika'I hadist no. 126 I/92)

Yahya bin Mu'adz Ar Razi berkata : "Perbedaan semua manusia kembali kepada 3 hal, dan masing-masing memiliki lawannya, dan siapa yang melepaskannya niscaya ia terjerumus kepada lawannya. Yaitu : tauhid lawannya syirik, sunnah lawan bid'ah, taat lawan maksiat. (Al I'tishom: I/91, imam Asy Syatibhi)

Diriwayatkan bahwa Abu Hajjaj bin Jabir Al Makki, seorang tokoh tabi'in dan ahli tafsir, menjelaskan firman Allah "dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)", ia berkata : "Yakni, janganlah kamu mengikuti segala bentuk bid'ah dan syubhat. (ditakhrijkan Ad Darimi I/68, Al Baihaqi dlm Al Madhal no.200, lihat Ad Dur Al Mantsur III/386)

Ibnu Katsir berkata : "Sesungguhnya amal yang diterima harus memenuhi 2 syarat. Pertama, ikhlas karena Allah. Kedua, benar dan sesuai syari'at. Jika dilakukan dengan ikhlas tetapi tidak benar, maka tidak akan diterima. (Tafsir Ibnu Katsir I/231)

Dari Sa'id bin Musayyab, bahwa dia melihat seorang mengerjakan lebih dari 2 raka'at shalat setelah terbit fajar, lalu beliau melarangnya. Maka orang tersebut berkata : "Wahai Abu Muhammad, apakah Allah akan menyiksa saya karena shalat?". Ia menjawab : "Tidak, tetapi Allah akan menyiksa kamu karena menyalahi sunnah". (HR.Baihaqi II/466, Al Baghdadi: Al Faqih wal mutafaqqih I/147, Abdurrazaq III/52, Ad Darimi I/116, Ibnu Nashr 84)

Sufyan bin 'Uyainah berkata : "saya mendengar bahwa seseorang dating kepada Malik bin Anas, lalu berkata : "Wahai Abu Abdullah, darimana saya ihram?". Ia berkata "dari Dzulhulaifah, tempat Rasulullah ihram". Ia berkata "Saya ingin ihram dari masjid dari samping makam Nabi shallallahu 'alaihi wasallam". Ia berkata "Jangan kamu lakukan, sebab saya mengkhawatirkan engkau tertimpa fitnah". Ia berkata : "Fitnah apakah dalam hal ini? Aku hanya menambahkan beberapa mil saja!". Ia berkata "Fitnah manakah yang lebih besar daripada kamu melihat bahwa kamu mendahului keutamaan yang ditinggalkan Rasulullah? Sesungguhnya Allah berfirman: "Maka hendaklah orang2 yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih (QS, An Nuur:63). (HR. Al Baghdadi: Al Faqih wa mutafaqqih I/148, Abu Nu'aim: AL Hilyah VI/325, Al Baihaqi: Al Madhal 236, Ibnu Baththah: Al Ibanah 98)

Abu Muhammad Al Hasan bin Ali: "JIka Nampak olehmu kebid'ahan seseorang, maka hati-hatilah darinya, karena sesungguhnya yang disembunyikan darimu lebih banyak dari yang di nampakkan (Syarhus Sunnah Al Barbahari no.148)

Permisalan ahli bid'ah adalah seperti kalajengking, mereka sembunyikan kepala dan badannya dan mereka keluarkan ekornya. Apabila memiliki kesempatan, mereka pun menyengat. Demikian pula ahli bid'ah mereka bersembunyi di hadapan manusia. Jika Nampak mereka punya kesempatan, merekapun menyampaikan apa yang mereka inginkan. (Tabaqat Al Hanabilah 2/44)

Imam Malik bin Anas berkata : "Ilmu tidak diambil dari 4 golongan dan diambil dari selainnya. Tidak diambil dari orang yang tolol, tidak pula dari ahli bid'ah yang mengajak manusia kepada bid'ahnya, tidak dari pendusta yang berdusta pada perkataan manusia walaupun tidak dituduh berdusta pada hadist2 Rasulullah, tidak pula dari seorang syaikh yang memiliki keutamaan, keshalehan dan ibadah apabila ia tidak tahu apa yang diriwayatkannya (Siyar A'lam Nurbala 8/67)

Abdullah bin Mubarak berkata : "3 golongan yang tidak diambil ilmu dari mereka: yg dituduh berdusta, pelaku bid'ah yang mengajak kepada bid'ahnya, dan seorang yang sering melakukan kesalahan serta kekeliruan (Syara Illal, Ibnu Rojab 93)

Keadaan Umat Islam Dahulu dan Sekarang

Sungguh, dahulu umat Islam bersatu dibawah bimbingan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Namun sepeninggal beliau, mulailah muncul kelompok yang menyimpang dari jalan petunjuk Rasulullah. Dimulai dengan munculnya khawarij, syi'ah, mu'tazilah dan lain sebagainya yang muncul tidak lain karena bid'ah yang mereka adakan.

Tidaklah benar jika dikatakan bahwa orang yang mengajak kepada sunnah, memperingatkan ummat dari kesesatan bid'ah adalah orang yang ingin memecah belah kaum muslimin. Tetapi mereka adalah orang yang menghendaki kebaikan dan persatuan dalam hati kaum muslimin dengan berjalan bersama-sama di atas jalannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, sahabat dan yang sejalan dengan mereka sampai hari akhir.
Mustahil umat bersatu jika umat Islam terbagi dalam firqoh2 yang mana firqoh2 tersebut menonjolkan bid'ah kelompoknya masing-masing dan menganggapnya paling utama dibanding kelompok lainnya.

Tidaklah benar jika hanya mengikuti dalil yang shahih maka ibadah yang dapat kita kerjakan hanya sedikit. Jika kita mau mengkaji lebih dalam dari Al Qur'an dan As Sunnah, maka dapat kita ketahui bahwa syari'at telah menjelaskan kepada kita tentang perkara sunnah sepanjang hari sejak kita bangun tidur hingga tertidur lagi. Sehingga tidak perlu adanya bid'ah-bid'ah. Bahkan sebagaimana yang telah ditunjukkan dalil bahwa ibadah yang sedikit namun berkesinambungan lebih utama disbanding ibadah yang banyak tapi tidak berkesinambungan

Sungguh, sekarang ini kebanyakan umat Islam semangat dalam mengerjakan bid'ah, dan lalai dalam mengerjakan sunnah. Dan mereka bangga dengan jumlah mereka yang banyak sehingga mereka berdalil bahwa kebenaran berada pada golongan mayoritas dan kesesatan berada pada golongan minoritas, padahal :
"Dan kalau kamu mengikuti kebanyakan manusia di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanya mengikuti dugaan-dugaan belaka dan mereka tidak lain hanyalah berdusta."(Al An'am 116).

"Dan sungguh telah tersesat sebagian besar orang-orang terdahulu sebelum mereka."(Ash Shaffat 71).

"Dan sebagian besar tidak akan beriman walaupun kamu sangat menginginkannya."(Yusuf 103).
Namun kebanyakan manusia tidak menyukai kecuali kekufuran."(Al Isra` 89).

"Dan sebagian besar mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah."(Yusuf 106).

"Kalaulah tidak karena karunia dan rahmat Allah kepadamu, tentulah kamu mengikuti syaithan, kecuali sebagian kecil."(An Nisa` 83)

Sangat sedikit dari hamba-Ku yang bersyukur."(Saba` 13).

Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dan mereka ini sangat sedikit."(Shaad 24).

"Islam dimulai dengan keasingan dan akan kembali asing, maka berbahagialah orang-orang yang (dianggap) asing." (HR. Muslim 1/130, Ahmad 1/398, Tirmidzi 5/19, Ibnu Majah 2/1319, dan Ad-Darimi 2/402)

"Umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh sekian firqah, semuanya dalam neraka kecuali satu." (HR. Ahmad 2/332. Abu Dawud 4/197, dan Hakim dalam Mustadrak 1/128)
 ________
Maraji'
  • Ilmu Ushul Bida', Syaikh Ali Hasan Halabi Al Atsari
  • "Bid'ah 'Amaliyah Dzikir Taubat, Bantahan terhadap Arifin Ilham Al Banjari", Al Ustadz Abu Karimah 'Askari bin Jamal Al Bugisi
  • Mengenal Bid'ah, Ustadz Muslim Abu Ishaq Al Atsari (AsySyariah.com)
  • Mengenal Para Imam Ahlussunnah Ashabul Hadits, Al Ustadz Muhammad Umar As-Sewed (darussalaf.or.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar